TANJUNG, kontrasx.com – Bagi warga Bumi Saraba Kawa ataupun wilayah sekitarnya yang berobat ke Rumah Sakit Umum Daerah H. Badaruddin Kasim (RSUD HBK) di Maburai namun mendapat pelayanan “kurang enak” dari petugas, silakan sampaikan aduan.
Direktur RSUD HBK dr. Mastur Kurniawan mempersilakan bagi masyarakat yang berobat untuk menyampaikan aduan apabila ada sesuatu hal.
“Di RSUD HBK ada pusat pengaduan yang tempatnya ada di dekat Poli Jiwa, kalau ada sesuatu hal laporkan disitu” ujarnya pada kontrasonline.com, baru-baru tadi.
Mastur mengatakan permasalahan yang disampaikan akan ditindaklanjuti.
“Yang bersangkutan akan dipanggil untuk mengetahui duduk persoalannya” tegasnya.
“Catat namanya biar kita tahu, sampaikan lewat saluran yang ada nanti kita tindaklanjuti. Kita panggil untuk minta klarifikasi seperti apa kejadiannya” timpalnya.
Pihaknya akan memberi sanksi petugas apabila memang terdapat kesalahan.
“Akan ada punishment, kalau dibagian pelayanan bisa ditarik kebagian rawat inap supaya tidak bertemu banyak orang. Kalau tidak bisa dibina juga bisa SP1 bahkan dikeluarkan dari rumah sakit juga bisa” tandasnya.
Kendati demikian, ia melarang untuk mengambil foto petugas tersebut.
“Catat namanya saja, laporkan. Jangan foto petugas, itu mempermalukan dia. Kalau dia tidak bersalah (foto tersebar) malah bisa dituntut Undang-Undang IT” jelasnya.
Ia pun menceritakan kejadian beberapa waktu lalu yang sempat ramai dimana pasien penyakit TBC yang sudah dua minggu telat melakukan pengobatan dan tiba-tiba nyelonong ke poli penyakit dalam.
“Seharusnya pasien penyakit TBC program pengobatannya ada di Puskesmas, tidak di Poli. Tiba-tiba nyelonong ke poli penyakit dalam. Kalau telat berobat selama dua minggu, programnya di Puskesmas sudah putus obat, maka harus mengulang lagi selama delapan bulan” bebernya.
Mastur pun mengakui pihaknya selalu mengingatkan petugas yang ada di rumah sakit.
“Petugas di bagian pelayanan selalu diberitahu kalau bagian tersebut merupakan serambinya rumah sakit” imbuhnya.
Disatu sisi ia pun memahami petugas rumah sakit juga terkadang memiliki persoalan diluar pekerjaan.
“Saya ngerti kalau kita juga punya masalah macam-macam, terkadang salah penyampaian, kurang senyum sedang pasien inginnya dilayani dengan baik. Biasanya ada miskomunikasi, kami pun juga manusia biasa” tuturnya.
Menurutnya, tingkat kematangan (berpikir) setiap orang berbeda-beda sehingga bisa memicu kesalahpahaman.
“Belum lagi adat budaya kita yang berbeda-beda. Misalnya cara bicara, kita mungkin melihat dan menganggapnya kasar, padahal itu adat kebiasaannya” jelasnya.
Pihaknya pun secara berkala membekali petugas rumah sakit dengan pengetahuan bagaimana berkomunikasi dengan masyarakat.
“Terakhir dua tahun yang lalu kita datangkan narasumber komunikasi efektif bagi petugas dibagian depan bagaimana cara berkomunikasi, ngomongnya seperti apa” ucapnya. (Boel)