Mendapatkan aliran Listrik bagi warga yang tinggal di desa terpencil tidak semudah saudaranya yang tinggal di perkotaan.
Terkadang mereka harus menunggu hingga puluhan tahun bahkan lebih bisa merasakan terangnya malam dirumah rumah dari sinar lampu yang teraliri strum PLN.
Tidak adanya listrik membuat kehidupan warganya juga jauh ketinggalan dari kampung lainnya, informasi dari televisi tidak didapat.
Tabalong yang memiliki dua PLTU besar bukan jaminan juga warganya bisa merasakan listrik semuanya seperti yang masyarakat di pedalaman rasakan selama ini di Kampung Pupuh .
Kampung Pupuh yang terletak di desa Solan merupakan kampung pertama di kecamatan Jaro yang berjarak 2,5 kilometer tak jauh dari jalan nasional di Tabalong.
Meski jaraknya tidak jauh dari hiruk pikuk kota kecamatan, warga setempat hingga kini belum bisa merasakan manfaat listrik seperti yang dirasakan oleh kebanyakan orang.
Dari penulusuran kontrasX di kampung tersebut, warga setempat agar bisa merasakan adanya sumber listrik hanya memanfaatkan satu buah aki untuk menerangi rumah mereka.
Kampung yang berpenduduk sekitar 36 KK dengan 107 jiwa itu hingga kini masih mengharapkan adanya sumber listrik dari pemerintah maupun instansi terkait.
Ketua RT 05 Kampung Pupuh, Zainal Abidin saat ditemui mengungkapkan sudah sekitar 30 tahun warganya tidak merasakan manfaat listrik.
Penerangan bisa dirasakan mereka hanya dengan menggunakan aki yang dibeli masing-masing oleh pemilik rumah.
“Warga membeli aki masing-masing untuk penerangan rumahnya, tapi itu cuma tahan untuk satu malam, besok pagi harus disetrum dulu” ungkap Zainal.
Zainal menceritakan masyarakat setempat yang mata pencahariannya hanya bertani, berkebun dan berburu itu mendapat secercah “cahaya” dari pemerintah melalui Dinas Pertambangan pada tahun 2008 silam. Pihak dinas menyalurkan bantuan tenaga surya di kampung tersebut untuk dimanfaatkan sebagai sumber listrik.
Namun itu tidak bertahan lama, karena tidak ada perawatan serta peremajaan tenaga surya itu perlahan-lahan mulai rusak dan tidak berfungsi lagi.
Walaupun masih terpasang di beberapa rumah, tenaga surya tersebut sudah tidak bisa lagi memberikan manfaat listrik buat warga setempat.
“Tiap rumah mempunyai satu tenaga surya, tapi sudah mulai banyak yang tidak berfungsi karena kita tidak bisa memperbaiki, dulu kita tidak diajarkan bagaimana merawat benda itu oleh instansi yang membantu kemarin” beber ketua RT 05 kampung Pupuh tersebut.
Genset yang mereka beli secara swadaya sebagai alat untuk membantu penerangan saat warga melaksanakan ibadah di mesjid juga tak bertahan lama.
Puluhan genset hingga kini banyak yang mengalami kerusakan dan terbengkalai di gudang yang berada di dekat mesjid karena warga tidak bisa memperbaiki.
Zainal sudah sering berusaha melakukan permohonan untuk listrik bisa masuk kampung Pupuh.
“Usulan hingga proposal sudah sering di ajukan bahkan mengirim proposal permohonan untuk listrik ke PLN provinsi, namun belum ada kepastian kapan bisa kami merasakan sumber listrik” ceritanya.
Ia menuturkan karena lama tidak bisa merasakan manfaat listrik masyarakatnya pun perlahan satu per satu meninggalkan kampung Pupuh.
“Kini warga mulai meninggalkan kampung pindah ke luar, jangan sampai nanti desa ini tidak ada lagi penghuninya karena banyak di tinggalkan warga” tutur Zainal.
Zainal berharap dinas maupun instansi terkait bisa secepatnya membantu sehingga warganya dapat merasakan adanya sumber listrik.
“Kalau memang ada persyaratan kita usahakan untuk dipenuhi, kemungkinan masalah jalur tiang saja, kita sudah berkordinasi serta sepakat dengan pemilik lahan yang terkena jalur itu, kita sudah ada perjanjian” ujarnya.
Dulu karena tidak ada kesepakatan ganti rugi itu maka listrik belum dapat masuk ke kampung, sebagai ketua RT Ia tidak akan merugikan pemilik kebun artinya yang manapun pohon yang ditebang akan ada ganti ruginya.
KontrasX pun mencoba menggali lebih dalam informasi terkait listrik tersebut kepada pemerintahan desa Solan, saat dijumpai Kades Solan, Pipit Iswanto menyebutkan pihaknya sudah mengupayakan melalui Musyawarah Desa (Musdes) bahkan Musyawarah Rencana Pembangunan (Musrenbag) tingkat kecamatan agar kampung Pupuh bisa merasakan adanya listrik.
Pada tahun 2020 lalu Ia juga sudah mengusulkan melalui proposal permohonan ke instansi terkait baik itu Perkim dan PLN cabang Tanjung.
“Alhamdulillah sudah diterima, tapi alasan belum direalisasikan karena terkendala anggaran sebab ada pandemi Covid-19, kami pun mengerti” ucap Iwan sapaan akrabnya.
Meski begitu Iwan tidak tinggal diam, Ia tetap mengusahakan agar kampung Pupuh dapat merasakan sumber listrik secepatnya.
Pengajuan proposal juga terus Ia follow up, namun jawaban dari pihak terkait tetap sama yaitu karena pandemi Covid-19 dan anggarannya belum ada.
Pada tahun 2021 tadi pihaknya ada kembali mengajukan permohonan ke PLN provinsi, dan pengajuan tersebut sudah dengan persetujuan camat.
“Saya bersama ketua RT 05 serta dua warga langsung mendatangi ke sana, tanggapan dari managernya langsung itu memberi tahu kalau dananya cukup tahun ini direalisasikan, kalau tidak cukup maka tahun depan” jelas Kades Solan.
Kades yang baru 16 bulan menjabat ini terus mengupayakan agar listrik masuk di kampung Pupuh, usulan pun Ia masukkan di Musrenbang kecamatan tahun 2021 ini bahkan Iwan juga sudah memasukkan usulan ke anggota dewan.
“Saat awal menjabat kemarin kita juga melakukan pertemuan dengan warga dan pemilik lahan, di pertemuan itu sudah ada menimbukan kesepakatan pemilik kebun sudah mau memberikan izin dengan syarat ada upah perawatan” ucapnya.
Disinggung bantuan langsung dari desa, Iwan mengatakan hingga kini tidak ada membantu baik itu genset maupun penerangan lainnya.
“Ini sudah kita kordinasikan dengan RT apakah mau dibantu genset atau yang lainnya dan warga pun sepakat mereka mau menunggu listrik saja yang masuk” tutur Iwan.
Terkait lahan di kampung Pupuh apakah bisa dimasuki sumber listrik, menurutnya bisa saja karena berkaca pada kampung Tu’u yang hampir sama jaraknya dengan Pupuh bisa dimasuki sumber listrik.
“Sekitar 6 tahun yang lalu sudah masuk, tidak sampai setengah tahun itu masuk listrik ke kampung itu, entah prosesnya seperti apa kita tidak tahu karena usulan itu saat kades sebelum saya menjabat, menurut saya bisa saja listrik masuk di kampung Pupuh karena di Tu’u bisa masuk” kata Kades Solan itu yakin.
Kepada masyarakat Iwan meminta agar tetap bersabar, pemdes terus berupaya untuk mewujudkan keinginan masyarakat Pupuh.
“Mudah-mudahan usulan kita cepat direalisasikan oleh pihak terkait, dan masyarakat saya mohon pengertiannya” harapnya.
Senada dengan Kades, Camat Jaro, H. Suwandi juga menyatakan pihaknya selalu mendukung terkait sumber listrik ini dari proses permohonan awal hingga sekarang.
Suwandi mengaku setiap Musdes sudah Ia masukkan usulan tersebut, bahkan hingga Musrenbang tingkat kecamatan dimasukkan juga.
“Ini merupakan dukungan yang kami berikan untuk memperjuangkan adanya listirk di Pupuh, usulan itu sudah masuk di sistem SIPD mungkin disisi lain ada pertimbangan yang notabene dari pimpinan, ada beberapa proses yang harus dilalui mungkin seperti persyaratan legalitas atau syarat lainnya” tuturnya.
Ia meminta masyarakat setempat bisa menyatukan langkah terlebih dulu agar bisa sumber listrik dapat masuk ke wilayah tersebut.
“Dengan tidak adanya kerjasama maka akan sulit untuk menghasilkan pembangunan, jadi pertama satukan langkah artinya jangan ada yang menolak apabila ada program infrastruktur atau percepatan pembangunan yang masuk ke sana jangan mencari keuntungan secara pribadi tapi untuk kepentingan bersama, itu di kondisikan dulu baru kita melangkah ke sana” pintanya.
Kepala KPH Tabalong, Ir Heriyadi menjelaskan setiap penggunaan kawasan di luar kegiatan kehutanan itu harus melalui proses perizinan persetujuan penggunaan kawasan hutan.
“Kalau memang di bawah 5 hektar luas yang digunakan itu kewenangannya provinsi lewat Gubernur melalui DPMTSP, kalau di atas 5 hektar baru kewenangan kementrian LHK” jelas saat dijumpai di kantor KPH Tabalong beberapa waktu lalu.
Ia merincikan apabila sumber listrik digunakan dihitung panjang serta lebarnya berapa baru di konversikan dengan luas maka ketemu hasilnya berapa hektar yang terpakai.
Heriyadi menyebutkan selama ada persetujuan perizinan tersebut maka sumber listrik bisa masuk di suatu wilayah kawasan.
“Jadi pihak yang membangun itu yang meminta izinnya ke provinsi kalau luas kurang dari 5 hektar, kalau prosesnya sekitar 14 hari selesai kalau syaratnya lengkap, namun bisa juga kalau persyaratannya banyak diminta serta harus dilengkapi bisa satu sampai dua bulan” sebutnya.
Menurutnya kampung Pupuh bisa saja dimasuki sumber listrik, “Saya kira di kampung pupuh itu tidak sampai 5 hektar jadi bisa saja” ungkapnya.
Kepala KPH Tabalong itu menyarankan agar pemerintah desa langsung berkordinasi dengan pihak yang menangani pengerjaan tersebut terutama PLN.
“Mungkin pemdes bisa berkordinasi lagi ke pihak ketiga atau PLN atau pihak pemerintah daerah bisa juga membantu memohonkan izin tersebut” ucapnya.
Terpisah, saat dikonfirmasi Manager PLN cabang Tanjung, Arief Faturrahman menerangkan untuk listrik di kampung Pupuh sudah pihaknya usulkan.
“Usulan itu pun sudah kami teruskan ke UP3 atau di atas ULP Tanjung atau PLN pusat, dan posisi usulan sekarang sudah di anggarkan di proyek listrik desa” terang saat ditemui di kantor PLN cabang Tanjung beberapa waktu lalu.
Arief menyampaikan semua warga Indonesia sebisa PLN terlistrik 100 persen.
Jadi tidak tebang pilih tetapi skala prioritasnya yang mana duluan dan lebih berpotensi, mutu kualitas juga menjadi pertimbangan pihaknya.
“Bukannya tarik kabel pasang langsung hidup bukan, secara teknis ada tolak ukur yang harus di penuhi, artinya yang mana berpotensi lebih banyak dan rasio elektabilitasnya lebih bagus dengan eford yang dikeluarkan lebih sedikit maka itu yang didahulukan, baru bertahap yang lainnya” ujar Arief lagi.
Ia belum bisa memastikan apakah listrik ke kampung Pupuh bisa di realisasikan tahun ini.
“Kami tidak bisa memastikan, tapi ranah kami untuk usulan dan gambar sudah kami lengkapi, harapannya bisa masuk tahun ini namun kami tidak bisa janji karena divisinya bukan di kami, walaupun sudah ada kontrak ketika dijalan itu ada masalah maupun kendala otomatis proyek ini akan dilalihkan ke lain” beber Manager PLN cabang Tanjung tersebut.
Arief menyebutkan hingga kini pihaknya masih menunggu material dari UP3.
“Kami masih menunggu materialnya, kalau barang itu sudah di kirim kami pun segera akan melakukan pemasangan” sebutnya.
Manager PLN cabang Tanjung itu juga mengatakan pihaknya juga sudah melakukan survey ke lokasi kampung Pupuh.
Dirinya meminta nantinya masyarakat setempat bisa bekerjasama agar pemasangan perlengkapan sumber listrik di kampung tersebut berjalan lancar.
“Mudah-mudahan kedepannya lancar dan kami juga minta dukungan masyrakat supaya tidak mempersulit seperti penebangan pohon untuk pemasangan gardu” ucap Arief.
“Kalau secara teknis memungkinkan pasti kami pasang, apabila ada kendala itu bisa dialihkan ke lain, seperti pengalaman kita tidak hanya satu atau dua setelah memassang tiang warga menuntut, makanya dari UP3 pun memerhatikan masalah itu” ucapnya lagi.
Arief pun menyarankan agar pemerintah desa bisa kembali menyurati pihaknya untuk mengetahui perkembangan usulan sebelumnya.
“Nanti kami akan up lagi, tidak salahnya tiap bulan kita usulkan ke UP3, intinya kita mau mensejahterkan masyarakat sekitar kalau itu bisa masuk kami pun merasa senang karena PLN tidak semata-mata mencari keuntungan melainkan juga memakmurkan masyarakat” pungkasnya. (Can)