Tanjung, kontrasX.com – Keterwakilan perempuan dalam bacaleg Tabalong cukup tinggi, angkanya melampaui 30 persen.
Dari 387 orang bacaleg yang sudah terdaftar di KPU Tabalong 159 orang bacaleg perempuan atau 41,08 persen.
Hal tersebut diungkap Divisi Hukum dan Pengawasan KPU Tabalong, Cicik Agus Sulistiani pada konferensi pers hasil pengajuan Bacaleg tingkat kabupaten Tabalong Selasa malam (16/5) di kantor KPU Tabalong.
Sementara sisanya atau 228 orang bacaleg berjenis kelamin laki laki, itu artinya 58,92 persen.
Tingginya minat perempuan Tabalong menjadi calon legislatif tahun 2024 menurut pengamat politik banua, Kadarisman tidak lepas dari karena mereka ditawarin dan diajak.
“Jadi sebagian besarnya ya ikut-ikutan saja” ucapnya.
keikutsertaan kaum perempuan justru ditempatkan di nomor urut tidak strategis guna memenuhi ketentuan 30 persen saja.
Lebih jauh ia menjelaskan Partisipasi perempuan dalam pencalegkan yang mencapai 40 persen lebih itu belum dapat dikatakan sebagai keberpihakan politik kepada kaum perempuan.
“Patriarki politik sejatinya masih mendominasi, kaum perempuan masih sebagai pelengkap. Hal penting sejatinya keterwakilan perempuan jangan dilihat angka yang 40% lebih itu, tapi mesti dilihat berapa persen caleg perempuan itu mendapatkan nomor urut strategis, nomor 1 dan 2 misalnya” jelasnya lagi.
“Jika persentase perempuan tidak diberikan kesempatan pada nomor urut strategis, maka itu semua hanya pelengkap memenuhi ketentuan normatif saja” tandas Pria yang akrab disapa Risman itu.
Nomor urut strategis, ungkap Risman dapat dikatakan sebagai indikator keberpihakan kepada perempuan, kemungkinan meraup suara yang lebih mudah, walau tidak selalu begitu.
“Berkaca pada hasil pileg 2019 lalu, 56 persen anggota DPRD Tabalong lahir dari nomor urut 1, sisanya 2, 3 dan sangat kecil di nomor urut yang besar inilah alasan kenapa keterwakilan perempuan di DPRD Tabalong saat ini tidak mencapai 30 persen” bebernya.
Risman Menilai angka 40 pesen lebih itu tidak penting, tapi berapa persen yang dapat melenggang ke Graha Sakata.
“Jadi partai politik jangan koar-koar bangga telah menempatkan perempuan lebih dari yang disyaratkan, yang jadi nomor urut 1 berapa persen?” pungkasnya. (X01)