TANJUNG, kontrasx.com – Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) di Tabalong menggelar bimbingan teknis Business Development dalam rangka peningkatan kapasitas obat dan makanan sebagai tindak pencegahan kejahatan obat dan makanan.
Kepala Loka POM Tabalong, Taufiqurrohman, S.Si, M.A.B menerangkan kegiatan ini merupakan rangkaian pendampingan UMKM.
“Kami menyebutnya layanan SAPA NUSANTARA (Sinergi Pendampingan Pelaku Usaha Obat dan Makanan di wilayah Penyangga IKN Nusantara)” ujarnya pada kontrasx.com, Selasa (15/10) di gedung PLUT.
Taufiq mengatakan Bimtek ini digelar untuk UMKM yang ada diwilayah penyangga IKN termasuk area pengawasan Loka POM saat ini yang melingkupi Kabupaten Tabalong, Balangan, Hulu Sungai Tengah dan Hulu Sungai Utara.
“Ini adalah salah satu layanan BPOM, kita ingin beri pelayanan 150 persen pada masyarakat, tidak hanya sekedar fokus pada tugas BPOM saja, kita kasih lebih dari itu” tandasnya.
Ia menyampaikan saat ini pihaknya mendorong UMKM untuk meningkatkan decision product yang direpresentasikan dengan izin edar BPOM.
“Kita juga memberi pendampingan agar produk-produk yang sudah punya izin edar BPOM bisa survive dan bersaing di pasar dengan strategi- strategi bisnis baik pengembangan internal UMKM, aspek marketing membangun jejaring, digitalisasi dan lainnya” jelasnya.
Di Bimtek ini pun pihaknya juga menghadirkan narasumber kompeten dan profesional.
“Untuk Sharing pengalaman bisnisnya kita hadirkan narasumber dari Sarigading”imbuhnya
Taufiq pun berharap UMKM yang sudah mempunyai basis produk aman dan bermutu memiliki daya saing.
“Tinggal bagaimana mendelivery produk ke masyarakat, membuka pasar seluas-luasnya untuk pengembangan usaha” tukasnya.
Kendala yang sering dihadapi pelaku UMKM
Business Development Manager Sarigading, Abdi menyatakan materi yang disampaikannya antara lain terkait strategi pemasaran.
“Kita akan sampaikan tips dan trik supaya survive terhadap konsumen atau pelanggan” ujarnya.
Abdi menyebutkan salah satu kendala yqng sering dihadapi pelaku UMKM ketika sudah memiliki Nomor Izin Edar (NIE) adalah bingung memasarkan produknya.
“Rata-rata biasanya dipasarkan lewat grup-grup WA keluarga atau teman. Satu-dua bulan kemudian tidak laku, jualan terus lama-lama di skip” ungkapnya.
“Salah satunya kita akan sampaikan bahwa media sosial itu seperti kolam ikan. Ada umpan, kita pancing, masuk di kail kita, bagaimana tipsnya” timpalnya.
Founder sekaligus CEO Bakul Banua Indonesia ini membeberkan kendala lain yang dihadapi pelaku UMKM adalah manajemen waktu dimana semuanya dikerjakan sendiri.
“Mulai dari mencari bahan baku, produksi hingga pemasaran dilakukan sendiri. Pengalaman di Sarigading dan Bakul Banua akan kita sharing, mudah-mudahan bisa bermanfaat bagi kawan-kawan UMKM” pungkasnya. (Boel)