Oleh: Kadarisman
Presidium Majelis Daerah KAHMI Tabalong
Pemilihan kepala daerah (pilkada) serentak, wabilkhusus di Kabupaten Tabalong sudah selesai. Tahapan dimana rakyat memberikan kedaulatan yang dimilikinya telah lewat. Bagi mereka negarawan, tugas selanjutnya adalah merawat daulat itu. Pilkada bagi mereka: Jukung lalu ilung bertaut.
Pepatah bangsa Banjar mengatakan, jukung lalu ilung bertaut merupakan pesan dan titah kesemestaan. Setiap perahu yang lalu di rawa hanya akan membelah kumpulan ilung sesaat. Setelah perahu berlalu, ilung kembali beratut dan menyatu kembali sebagai entitas ilung rawa.
Pepatah itu menjadi pesan politik moral, bahwa perbedaan dalam kontestasi politik harus diakhiri seiring selesainya even itu digelar. Ketika rakyat telah menentukan pilihannya, urusan selanjutnya adalah menguatkan kembali peran semula parapihak untuk disinergikan pada tujuan kebangsaan yang konstruktif.
Keputusan rakyat menentukan pilihan penyelenggara pemerintahan di Tabalong 27 November 2024 lalu harus diperlakukan dengan hormat, sebab itu adalah kemenangan bagi masyarakat, bagi rakyat dan bagi cita-cita dari tujuan semua kontestan dalam pilkada; membuat kehidupan yang lebih baik dari sebelumnya.
Pilkada yang merupakan perwujudan kekuasaan rakyat harus sampai kepada terwujudnya kehidupan Bersama yang tenang, damai, sejahtera dan berkemajuan. Itu semua hanya dapat dilakukan oleh actor – actor politik memiliki jiwa negarawan.
Kontestan pilkada Tabalong sudah pasti para negarawan. Mereka rela mengorbankan waktunya, finansial, tenaga dan pikirannya menumbuh kembangkan demokrasi dalam kontestasi pilkada.
Hadirnya tiga paslon mencirikan kehidupan demokrasi di Tabalong sedemikian sehatnya, sehingga masyarakat memiliki pilihan dalam menentukan arah daulatnya.
Tidak banyak orang yang mau menceburkan dirinya dalam kontestasi pilkada hanya untuk menawarkan proposal kerja ke rakyat demi tujuan pengabdian, kecuali didorong oleh jiwa – jiwa negarawan. Paslon 01 H Marlan – Murjani, paslon 02 H Norhasani – Gusti Kadarusman dan paslon 03 H Muhammad Noor Rifana – Habib Taufani merupakan negarawan itu sendiri.
Seorang negarawan tidak akan pernah berhenti membicarakan soal bagaimana harusnya pemerintahan menghadirkan pelayanan publik. Mereka tidak segan mempertengkarkan argumentasi dan isi pikirannya untuk bangsanya.
Merawat isi pikiran dan mempertengkarkannya dalam gagasan argumentasi merupakan kelaziman dalam politik praktis. Namun mereka sadar penuh, bahwa puncak dari semua itu adalah terciptanya masyarakat yang The Good Life. Jadi apapun hal – hal yang membuat kondisi masyarakat mundur ke belakang atau destruktif sudah pasti akan tertolak.
Di sinilah pesan penting tiap perhelatan pilkada, mereka yang memutuskan maju dalam kontestasi politik itu syaratnya adalah negarawan, agar negara tidak dirusak oleh sebab sempitnya sebauh kepentingan. Sikap ini telah dicontohkan oleh ketiga paslon dalam merawat situasi politik daerah yang tetap kondusif.
Meskipun hasil real count dan atau hitung cepat paslon 03 Fani – Habib menunjukkan kedigdayaannya dalam perolehan pilkada Tabalong, mereka mampu tidak menunjukkan euphoria yang berlebihan. Demikian juga dengan dua paslon lainnya, mereka memiliki kemampuan piihan sikap yang normative dan tetap tenang sembari menunggu hasil resmi yang akan dirilis oleh penyelenggara pilkada.
Pilihan – pilihan sikap seperti itu hanya lahir dari mereka yang dewasa dalam memaknai politik. Berseberangan kepentingan dalam politik dimaknai sebagai pilihan jalan untuk tujuan yang bermuara kepada kepentingan masyarakat.
Saya yakin, jika tidak bersama di satu keadaan, mereka pasti bersama di kondisi dan situasi yang lainnya.
Kita akan menunggu sampai penyelenggara pilkada melakukan pleno dan mengumumkannya secara resmi. Namun yang pasti hasil dari keputusan pemilih adalah kemenangan masyarakat itu sendiri, kemenangan bersama.
Bagi para negarawan, keterbelahan pilihan pada pilkada tak ubahnya, seperti; Jukung lalu ilung pun bertaut.*