Thrifting atau dikenal dengan berbelanja barang second atau bekas yang masih layak pakai kini mulai digandrungi kalangan anak muda di Indonesia.
Berbelanja barang ini merupakan alternatif fashion, karena barang yang dijual rata-rata dengan harga yang terjangkau dan tidak membuat kantong jebol.
Munculnya tren “berburu” barang second ini membuat thrift store di Kalimantan Selatan banyak bermunculan bahkan sudah merambah ke kabupaten Tabalong.
Dari pantaun KontrasX di jalanan, terlihat ada beberapa toko thrift store yang lumayan banyak berada di kecamatan Murung Pudak, hasil berselencar di sosial media seperti Facebook dan Instagram juga thrift store online menjamur di Bumi Sarabakawa.
Thrift store mulai banyak diminati sebagai salah satu alternatif usaha yang modalnya tidak menguras kantong dan keuntungannya pun membuat kantong tebal.
Pemilik Kadapuga Second, Aprian Denny Budiman saat kami temui menceritakan perjalanannya terjun di dunia thrift.
Pria berumur 33 tahun ini mulai mengenal barang second pada tahun 2003 sejak Ia duduk di sekolah menengah pertama kelas IX. Katanya, waktu SMP dulu barang bekas sering di dapati di pasar tungging atau dadakan.
“Itu masih beli buat kesenangan pribadi, dulu juga masih mengenal merek seperti adidas, nike dan fubu itu saja dan saya dulu tidak terlalu mendalami apa itu barang bekas” katanya pada tim KontrasX.
Kesenangannya berbelanja barang bekas menjadi awal Ia mulai terpikir untuk terjun di usaha thrift atau second.
Awal tahun 2021, Deden sapaan akrabnya memberanikan diri untuk mencoba mengambil barang second di salah satu seller di Banjarmasin , Ia memulai usahanya lewat media online serta home store.

“Mencari seller pun kita dari rekomen teman-teman thrift, tidak berani juga langsung ke seller yang tidak kita kenal, modal awal dulu Rp 1,5 juta mengambil borongan dapat 20 lembar” tuturnya.
Ayah dua anak ini menyebutkan barang yang Ia ambil biasanya berpatokan dengan kesenangan teman-teman sekitar.
“Karena baru memulai, target marketnya itu orang-orang sekitar jadi merek apa yang disukai teman itu yang saya ambil” sambungnya.
Jualan yang Ia jajakan melalui jejaring sosial dan pertemanan setelah beberapa bulan mulai ramai di kunjungi pembeli.
Menuruntya pangsa pasar online cukup luas, terbukti dengan para pembelinya datang dari segala daerah.
“Pembelinya malahan dari luar daerah seperti Bajarmasin dan lainya, ada juga ke luar pulau seperti Medan, Jakarta dan Surabaya” terangnya.
Tak ayal keuntungan dari jerih payahnya merintis usaha tersebut dapat dirasakannya walaupun tidak banyak, Ia tetap melanjutkan usahanya sampai detik ini.
“Kalau barangnya semua habis paling 100 sampai 200 ribu rupiah, ya sedikit tapi karena hobi makanya saya tekuni sampai sekarang” ucapnya.
Meski begitu, perjalanan di dunia thrift tak semulus di lihat orang sekarang, Ia sesekali juga mendapat komplain dari pembeli karena kondisi produk yang dijajakannya.
Jualan yang Ia jajakan selalu dijelaskan kondisi barangnya serinci mungkin dan menaruh harganya pun sesuai kondisi barangnya.
“Pernah di retur karena saat kita mengecek kondisinya ada yang kelewat, resiko online seperti itu karena pembelinya tidak melihat secara langsung, retur itu kerugian bagi kita karena uang dikembalikan dan ongkir kita yang nanggung, tapi itu tidak masalah karena memang seperti itu resikonya” ujar Deden sambil tersenyum kecut.
Deden juga sempat diragukan keluarganya ketika menjalankan bisnis barang second. Ia sering ditanya istri tercintanya apakah jualan barang bekas itu ada peminatnya.
Ia pun mulai membuktikan kepada keluarga dengan hasil keuntungan yang cukup membantu perekonomian rumah tangganya.
“Awalnya pesimis, namun seiring berjalannya waktu saya mendapat dukungan dari keluarga karena sudah menghasilkan dari jualan ini” beber pria yang sehari-hari bekerja swasta.
Dengan tambahan semangat itu, pada awal bulan Juli 2021 Ia memantapkan diri untuk membuka offline store bersama Ajay rekannya di Kadapuga Second.
Tren thrifting yang semakin pesat pertumbuhannya di Indonesia menjadi salah satu alasan Ia membuka offline store.
“Sekarang orang awam pun sudah mulai tahu tentang thrifting, ini dikarenakan adanya demam tren thrifting di Indonesia, selain itu kita buka offline store ini karena sudah membaca pangsa pasar di Tanjung sekarang lumayan minatnya untuk barang bekas” beber warga Murung Pudak itu.
Toko yang berlokasi di Jalan Ir PHM Noor nomor 14 RT 10 kelurahan Sulingan yang beroperasi dari pukul 11 pagi itu hingga kini selalu ramai dikunjungi pembeli.
Deden mengatakan toko yang dikelola bersama rekannya itu mendapat sambutan baik dari masyarakat, setiap hari pembeli selalu datang untuk “berburu”.

“Tiap hari ada yang datang untuk beli, baik anak-anak hingga orang tua ada ke sini bahkan ada juga yang jadi langganan tetap” katanya.
Ia pun menyampaikan harga yang dipatok untuk produknya terbilang murah berkisar dari 20 ribu sampai 100 ribu rupiah.
Produk yang dijajakan pun beragam dari kaos, jaket, crewneck hingga celana panjang.
“Kita sementara fokusnya di fashion laki-laki, saat ini yang paling diminati pembeli crewneck, hoodie dan kaos, barang kita bisa ditawar karena bukan barang mal” celetuknya.
Meski sudah membuka offline store, Deden tetap menjalankan usahanya juga via online. Kini Ia tiap bulan sudah meraup keuntungan hingga jutaan rupiah.
“Pendapatan rata-rata tiap bulan pasti sampai jutaan rupiah” ujar pria berkacamata tersebut.
Semenjak tren thrift shop di Tabalong bermunculan, Ia merasa senang karena banyak teman yang sama-sama usaha di bidang barang second.
“Kita tidak merasa tersaingi, malahan bagus lagi karena banyak teman banyak rejeki, kalau perlu lebih banyaki lagi tidak masalah dan juga tiap pemilik second pasti memiliki seller terpercaya masing-masing jadi barangnya tidak sama” ujarnya.
“Ada banyak yang sudah usaha ini, untuk offline sepengetahuan saya ada enam toko kalau yang online sudah puluhan baik itu jualan baju anak hingga dewasa” ujar Deden lagi.
Deden pun berharap dengan perkembangan thrift shop ini masyarakat Tanjung khususnya bisa lebih paham tentang barang second.
Ia menambahkan masyarakat jangan gengsi memakai barang second karena menurutnya di ibukota besar seperti artis juga belanja barang ini, bahkan artis luar negeri juga ikut “berburu”.
Thrift store juga menghadirkan barang yang murah tapi bagus dan bermerek, jadi salah satu solusi fashion di Indonesia yaitu barang second.
“Kita juga mengedukasi barang thrift ini tidak untuk kalangan bawah saja karena barang ini bisa di nikmati semua kalangan tidak mengenal status sosialnya, karena keren itu adalah hak semua anak bangsa” ucapnya dengan senyum lebar.

Salah satu pemilik usaha thrift online, Rival Mubin juga tertarik berkecimpung di dunia persecondan karena kesenangannya terhadap barang ini.
Melalui akun Instagram Barang Tempur, Rival mengawali kiprahnya di bisnis barang second pada pertengahan tahun 2020.
“Main ini karena hobi dan suka berburu barang second, kemudian saya mencoba membuka thrift shop di online” ucapnya.
Pada tahun itu, Ia mengambil borongan kaos band second di salah satu seller luar pulau dengan modal 900 ribu rupiah.
Beda dengan Deden, Rival lumayan sulit mencari pembeli di Tabalong karena minat terhadap kaos band masih sedikit.
“Orang masih belum banyak tahu usaha saya karena masih online, di Instagram paling teman-teman dekat saja yang tahu dan membantu promosi di sosmed mereka” tuturnya.
Walaupun tidak ada pembeli dari Tabalong, jualannya malah laku di beli oleh pembeli dari luar daerah bahkan luar pulau.
Rival pun sedikit demi sedikit mendapatkan keuntungan dari usaha yang dijalaninya.
“Keuntungannya ratusan ribu, itu sampai modal kembali saja karena masih ada beberapa lembar yang belum laku” ujarnya.
Ia menceritakan meski beberapa kali mendapatkan keuntungan dari jualan itu, dirinya sempat vakum hampir enam bulan.
Bukan karena finansial, Rival menghentikan usaha sementara waktu karena Ia mencoba membaca pasar apa yang sering di pakai anak muda di Tabalong.
Setelah cukup lama, pada bulan Juli tahun 2021 Ia menetapkan pilihannya mengambil salah satu barang yang sekarang lagi diminati.
“Kita ambil crewneck oversize karena anak mudanya lagi suka barang ini, jadi mengambil borongan crewneck 15 lembar” terang Rival.
Selain mengambil dari seller, Rival juga sesekali “berburu” barang second sendiri di luar daerah untuk menambah koleksi crewnecknya.
Pemuda berusia 22 tahun ini kembali aktif berjualan di Instagram namun kini dengan akun berbeda yaitu Joys Thrifty.
Pasar anak muda pun merespon baik jualan Rival tersebut, kini jualannya laku di beli warga Tabalong.
“Crewneck keuntungannya 30 ribu rupiah per lembarnya, lebih laku dari baju band kemarin karena harganya di bawah 100 ribu rupiah kalau kaos band itu 150 ribu rupiah” katanya.
Sekarang Ia pun fokus menjual barang tersebut, dan menghentikan sementara jualan kaos band second.
“Akun yang crewneck cukup laku, dari hasil jualan itu nanti akan dimodalkan untuk akun satunya mengambil barang vintage” beber warga Mabu’un ini.
“Sementara fokus jualan crewneck saja, namun kedepan akan mengembangkan yang vintage soalnya awal memang minat di barang itu” bebernya lagi.
Meski belum mendapatkan “cuan” yang banyak, Rival tetap bersemangat dan berencana akan membuka home store. Ia rencananya akan memanfaatkan teras di depan rumahnya untuk memajang jualannya.
“Secepatnya nanti buka ini masih menyiapkan perlengkapan pendukungnya, untuk alamatnya di Tahu Murni seberang Makam Pahlawan kelurahan Mabu’un” pungkasnya. (Can)