Oleh : Rahim Kausar ( Sekretaris Pemuda Muhammadiyah Kab. Tabalong )
Islam melarang untuk meminta jabatan dan berusaha terlalu keras dengan menghalakan segala cara demi jabatan, dalilnya ada dalam suatu hadits (“kalian akan menjadi suatu kaum yang berambisi menjadi penguasa, seperti kalian disusui oleh ibu (maksudnya bisa mendapati apa saja dengan mudah) tapi ketika kalian disapih (kekuasaanya hilang, mati, merugi) maka sungguh kalian akan menyesal di hari kiamat“.
bahkan orang sholeh sahabat rasulullah shalallahu alaihi salam yakni Abu Dzar radhi Allahu anhu, tidak diijinkan menjadi pemimpin oleh rasul, karna dia punya ilmu, dia punya ketaatan tapi jiawanya lemah, tidak punya kemampuan untuk memimpin, maka rasulullah memberitahu wasilah kepada abu dzar untuk tidak menjadi pemimpin dalam suatu kelompok, karna rasul tau akan kualitas abu dzar yang dibutuhkan untuk menjadi pemipin itu bukan cuma sholeh tapi juga cakap dan bisa memimpin.
Sebagai pekerja, tentunya kita ingin mendapatkan posisi yang lebih baik dari sebelumnya, contohnya seperti naik jabatan. Adanya kenaikan jabatan dalam suatu pekerjaan menandakan bahwa kita bertumbuh dan berkembang sehingga mendapatkan kemajuan dalam karir yang sedang kita jalani.
Namun, adanya promosi naik jabatan tidak datang dengan sendirinya. Untuk mendapatkannya kita harus membuktikan kepada atasan kita bahwa kita pantas untuk naik jabatan.
salah satu hal penting untuk bisa naik jabatan adalah mendapatkan kepercayaan dari atasan kita.
hubungan kita dengan atasan seharusnya jangan hanya menjadi hubungan transaksional antara atasan dan bawahan saja tetapi juga harus menjadi hubungan yang kuat yang dapat membangun kerja sama yang kuat. Dengan adanya hubungan yang kuat, terciptalah kepercayaan.
“Kepercayaan ini yang nantinya akan menimbulkan rekomendasi dari atasan ke anak buah/karyawan. Bahwa akhirnya karyawan dipercaya bukan hanya mengerjakan pekerjaan yang hanya sekarang dilakukan, termasuk pekerjaan-pekerjaan yang nanti sudah waktunya karyawan tersebut dipromosikan atau naik jabatan.
Seorang penjilat akan melakukan segala hal untuk mendapatkan pujian dan mencari muka. Alasan di balik tindakan menjilat atasan tersebut pun harus kita pahami.
Tipikal rekan kerja yang seperti ini biasanya akan mengeluarkan pujian berlebihan supaya ia mendapatkan perlakuan yang sama, dengan atau tanpa mempertimbangkan kinerjanya.
Selain melontarkan pujian yang berlebihan, istilah menjilat juga erat hubungannya dengan usaha menjelek-jelekkan orang lain dengan maksud sebagai pembanding.
Orang dengan karakter seperti ini tidak segan untuk membual, berbohong, atau memfitnah rekan kerjanya di hadapan bos dengan alasan tertentu.
Beberapa alasan umum rekan kerjamu memilih jadi penjilat..!
1. Rasa percaya diri yang rendah
Praktik menjilat atasan pada dasarnya disebabkan oleh alasan personal atau dari dalam dirinya, yakni perasaan tidak percaya diri atau perasaan insecure.
Seorang penjilat biasanya akan berusaha menjatuhkan orang lain dengan maksud agar dirinya dipandang jauh lebih baik.
Padahal, dalam dunia kerja, kinerja seseorang haruslah dinilai dari sudut pandang objektif yang terukur.
2. Merasa posisinya terancam
perasaan takut yang dirasakan seseorang.
Misalnya, karena ketakutan tidak diterima dan didukung oleh rekan kerja lain.
Perasaan ini lama kelamaan dianggap sebagai ancaman terhadap posisinya dalam tempat kerja.
Alih-alih mendapatkan pengakuan yang objektif, penjilat biasanya akan membual tentang pencapaiannya kepada atasan untuk mendapatkan pujian yang belum tentu bisa dibuktikan.
3. Ingin jalan pintas untuk naik jabatan
Alasan menjilat atasan lainnya adalah agar karier orang tersebut cepat melesat.
Seorang penjilat tak segan menjalin kedekatan dengan atasan di level lebih tinggi sebagai usaha untuk mendapatkan apa yang ia mau.
Karakter penjilat seperti ini biasanya bisa langsung diketahui, karena mereka selalu bangga memamerkan kedekatannya dengan atasan.
4. Atasan terlalu sibuk
Mengapa atasan yang terlalu sibuk juga termasuk alasan seseorang jadi penjilat?
Dikutip dari Harvard Business Review, manajer yang sibuk biasanya memperlakukan karyawannya dengan kurang adil.
Hal ini menciptakan persepsi bahwa seorang karyawan butuh mendapatkan perhatian manajer agar kinerjanya diapresiasi.
Studi ini juga menunjukkan bahwa karyawan bisa saja memanfaatkan momen dengan memuji dan/atau memberi penghargaan kepada atasan secara berlebihan
5. Tidak bisa mengekspresikan pendapat
Tidak melulu karena ingin menjatuhkan rekan kerja atau menaikkan citra diri, seorang rekan kerja cenderung memilih usaha untuk menjilat atasan karena tidak bisa mengekspresikan pendapatnya.
Rekan kerja dengan karakter seperti ini biasanya adalah tipikal orang yang “tidak enakan”, sehingga cenderung terlihat menyembunyikan kebenaran.
Meski terlihat sebagai perbuatan yang baik, tindakan ini bisa menjadi bumerang karena berpotensi membuat kamu menjadi rendah diri.
Terlepas dari apapun alasan menjilat atasan, tindakan ini sebenarnya adalah perilaku negatif.
Mungkin cara menghindari penjilat di kantor atau tempat kerja dapat dilakukan sebagai berikut:
1. Jangan ikut menjelek-jelekkannya
Coba tahan diri untuk ikut menjatuhkan mereka. Bersaing secara sehat dengan hasil kerja yang bagus harus jadi pilihan utama.
Jangan juga ikut memberikan pujian palsu pada rekan kerja atau bahkan atasan.
Jadilah seseorang yang apa adanya dan jujur.
2. Tahan pendapatmu
Maksudnya, ketika kamu terpaksa harus berdiskusi atau mengobrol denganya, cobalah untuk mendengar dulu apa yang dia inginkan.
Ketahui apa yang jadi alasannya menjilat atau bila kamu jadi sosok yang dianggap “ancaman”, coba bicarakan baik-baik tanpa emosi.
Kamu bisa memberikan alternatif pilihan dan memberi pertanyaan lanjutan tentang mengapa ia berpendapat demikian, baru berikan pendapatmu.
3. Abaikan
Tindakan menjilat atasan yang bersifat konsisten dapat membuat persaingan antara rekan kerja menjadi tidak sehat.
Awalnya, hal ini dibalut dengan kultur kompetisi, tetapi lama kelamaan budaya ini dapat menimbulkan stres dan tekanan tersendiri bagi rekan kerja lain jika tidak ikut melakukannya.
Langkah pertama yang bisa kamu lakukan adalah mengabaikan upaya si penjilat untuk mendapatkan perhatianmu.
Tanggapan ini menunjukkan kepadanya kalau kamu tidak tertarik dengan caranya menarik perhatian di tempat kerja.
4. Cobalah untuk berdiskusi
Orang dengan karakter penjilat biasanya akan dengan mudah dikenali.
Mereka yang menjilat sering diasingkan dari pergaulan karena auranya dianggap negatif.
Bagaimanapun, kamu perlu menjaga hubungan baik dengan rekan kerja setingkat, agar kamu bisa belajar mendengarkan pendapat mereka.
Cobalah berdiskusi dan memberitahukannya kalau ada cara lain untuk bisa mendapatkan dukungan dari atasan dan rekan kerja.
5. Buktikan dengan prestasi
Jika penjilat hanya bisa mendekati atasan dengan omongan, kamu bisa membuktikan diri dengan berprestasi.
Tidak hanya menguntungkan perusahaan dan membuat senang atasan, prestasi juga bisa menambah portofolio kerjamu.
Tidak perlu memikirkan apa kata orang, apalagi perkataan teman sekantor yang sering menjilat atasan.
Itulah ciri-ciri seorang penjilat di tempat kerja dan cara-cara untuk menghindarinya.
Selain penjilat, ada ragam jenis rekan kerja yang bisa kamu kenali. Jadi kamu bisa mengetahui rekan kerja seperti apa yang cocok untuk dijadikan teman dekat.